Kamis, 07 November 2013

Keutamaan Ber Puasa Sunnah di bulan Muharram

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (bulan) Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib (lima waktu) adalah shalat malam.
 Penjelasan
Oleh: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
[Di dalam kitab beliau Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi -rahimahullah- membawakan tiga buah hadits yang berkenaan dengan puasa sunnah pada bulan Muharram, yaitu puasa hari Asyura / Asyuro (10 Muharram) dan Tasu’a (9 Muharram)]
Hadits yang Pertama
عن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم صام يوم عاشوراء وأمر بصيامه. مُتَّفّقٌ عَلَيهِ
Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma-, “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa padanya”. (Muttafaqun ‘Alaihi).
Hadits yang Kedua
عن أبي قتادة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم سئل عن صيام يوم عاشوراء فقال: ((يكفر السنة الماضية)) رَوَاهُ مُسلِمٌ.
Dari Abu Qatadah -radhiyallahu ‘anhu-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari ‘Asyura. Beliau menjawab, “(Puasa tersebut) Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu”. (HR. Muslim)
Hadits yang Ketiga
وعن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُما قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم: ((لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع)) رَوَاهُ مُسلِمٌ.
Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan” (HR. Muslim)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa pada hari ‘Asyura, beliau menjawab, ‘Menghapuskan dosa setahun yang lalu’, ini pahalanya lebih sedikit daripada puasa Arafah (yakni menghapuskan dosa setahun sebelum serta sesudahnya –pent). Bersamaan dengan hal tersebut, selayaknya seorang berpuasa ‘Asyura (10 Muharram) disertai dengan (sebelumnya, ed.) Tasu’a (9 Muharram). Hal ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada yang kesembilan’, maksudnya berpuasa pula pada hari Tasu’a.
Penjelasan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk berpuasa pada hari sebelum maupun setelah ‘Asyura [1] dalam rangka menyelisihi orang-orang Yahudi karena hari ‘Asyura –yaitu 10 Muharram- adalah hari di mana Allah selamatkan Musa dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir’aun dan para pengikutnya. Dahulu orang-orang Yahudi berpuasa pada hari tersebut sebagai syukur mereka kepada Allah atas nikmat yang agung tersebut. Allah telah memenangkan tentara-tentaranya dan mengalahkan tentara-tentara syaithan, menyelamatkan Musa dan kaumnya serta membinasakan Fir’aun dan para pengikutnya. Ini merupakan nikmat yang besar.
Oleh karena itu, setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tinggal di Madinah, beliau melihat bahwa orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura [2]. Beliau pun bertanya kepada mereka tentang hal tersebut. Maka orang-orang Yahudi tersebut menjawab, “Hari ini adalah hari di mana Allah telah menyelamatkan Musa dan kaumnya, serta celakanya Fir’aun serta pengikutnya. Maka dari itu kami berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”.
Kenapa Rasulullah mengucapkan hal tersebut? Karena Nabi dan orang–orang yang bersama beliau adalah orang-orang yang lebih berhak terhadap para nabi yang terdahulu. Allah berfirman,
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya orang yang paling berhak dengan Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman, dan Allah-lah pelindung semua orang-orang yang beriman”. (Ali Imran: 68)
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling berhak terhadap Nabi Musa daripada orang-orang Yahudi tersebut, dikarenakan mereka kafir terhadap Nabi Musa, Nabi Isa dan Muhammad. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan manusia untuk berpuasa pula pada hari tersebut. Beliau juga memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi yang hanya berpuasa pada hari ‘Asyura, dengan berpuasa pada hari kesembilan atau hari kesebelas beriringan dengan puasa pada hari kesepuluh (’Asyura), atau ketiga-tiganya. [3]
Oleh karena itu sebagian ulama seperti Ibnul Qayyim dan yang selain beliau menyebutkan bahwa puasa ‘Asyura terbagi menjadi tiga keadaan:
1. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan Tasu’ah (9 Muharram), ini yang paling afdhal.
2. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan tanggal 11 Muharram, ini kurang pahalanya daripada yang pertama. [4]
3. Berpuasa pada hari ‘Asyura saja, sebagian ulama memakruhkannya karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi, namun sebagian ulama yang lain memberi keringanan (tidak menganggapnya makhruh). [5]
Wallahu a’lam bish shawab.
(Sumber: Syarh Riyadhis Shalihin karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin terbitan Darus Salam – Mesir, diterjemahkan Abu Umar Urwah Al-Bankawy, muraja’ah dan catatan kaki: Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Rifai)
CATATAN KAKI:
[1] Adapun hadits yang menyebutkan perintah untuk berpuasa setelahnya (11 Asyura’) adalah dha’if (lemah). Hadits tersebut berbunyi:
صوموا يوم عاشوراء و خالفوا فيه اليهود صوموا قبله يوما و بعده يوما . -
“Puasalah kalian hari ‘Asyura dan selisihilah orang-orang yahudi padanya (maka) puasalah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya. (HR. Ahmad dan Al Baihaqy. Didhaifkan oleh As Syaikh Al-Albany di Dha’iful Jami’ hadits no. 3506)
Dan berkata As Syaikh Al Albany – Rahimahullah- di Silsilah Ad Dha’ifah Wal Maudhu’ah IX/288 No. Hadits 4297: Penyebutan sehari setelahnya (hari ke sebelas. pent) adalah mungkar, menyelisihi hadits Ibnu Abbas yang shahih dengan lafadz:
“لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع” .
“Jika aku hidup sampai tahun depan tentu aku akan puasa hari kesembilan”
Lihat juga kitab Zaadul Ma’ad 2/66 cet. Muassasah Ar-Risalah Th. 1423 H. dengan tahqiq Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arna’uth.
لئن بقيت لآمرن بصيام يوم قبله أو يوم بعده . يوم عاشوراء) .-
“Kalau aku masih hidup niscaya aku perintahkan puasa sehari sebelumnya (hari Asyura) atau sehari sesudahnya” ((HR. Al Baihaqy, Berkata Al Albany di As-Silsilah Ad-Dha’ifah Wal Maudhu’ah IX/288 No. Hadits 4297: Ini adalah hadits mungkar dengan lafadz lengkap tersebut.))
[2] Padanya terdapat dalil yang menunjukkan bahwa penetapan waktu pada umat terdahulu pun menggunakan bulan-bulan qamariyyah (Muharram s/d Dzulhijjah, Pent.) bukan dengan bulan-bulan ala Eropa (Jan s/d Des). Karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa hari ke sepuluh dari Muharram adalah hari di mana Allah membinasakan Fir’aun dan pengikutnya dan menyelamatkan Musa dan pengikutnya. (Syarhul Mumthi’ VI.)
[3] Untuk puasa di hari kesebelas haditsnya adalah dha’if (lihat no. 1) maka – Wallaahu a’lam – cukup puasa hari ke 9 bersama hari ke 10 (ini yang afdhal) atau ke 10 saja.
Asy-Syaikh Salim Bin Ied Al Hilaly mengatakan bahwa, “Sebagian ahlu ilmu berpendapat bahwa menyelisihi orang Yahudi terjadi dengan puasa sebelumnya atau sesudahnya. Mereka berdalil dengan hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam,
صوموا يوم عاشوراء و خالفوا فيه اليهود صوموا قبله يوما أو بعده يوما .
“Puasalah kalian hari ‘Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi padanya (maka) puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya”.
Ini adalah pendapat yang lemah, karena bersandar dengan hadits yang lemah tersebut yang pada sanadnya terdapat Ibnu Abi Laila dan ia adalah jelek hafalannya.” (Bahjatun Nadhirin Syarah Riyadhus Shalihin II/385. cet. IV. Th. 1423 H Dar Ibnu Jauzi)
[4] (lihat no. 3)
[5] Asy-Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan,
والراجح أنه لا يكره إفراد عاشوراء.
Dan yang rajih adalah bahwa tidak dimakruhkan berpuasa ‘Asyura saja. (Syarhul Mumthi’ VI)
Wallaahu a’lam.
Sumber : http://ulamasunnah.wordpress.com/2009/01/01/keutamaan-puasa-di-hari-asyura-10-muharram/
tambahan Hadist penguat :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah Puasa di bulan Allah (bulan) Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib (lima waktu) adalah shalat malam.
HR Muslim 1163




'




Rabu, 06 November 2013

Belajar Membuat Blog

Sudahkah anda memiliki Blog tersendiri di dunia maya , utnuk menuangkan pikiran anda, Memiliki Blog pribadi kita bisa dengan leluasa berekspresi dan menuangkan segala kreasi kita.
beberapa langkah-2 yg perlu anda lakukan berikut Tipsnya :
1. Buatlah dahulu e-mail di penyedia email free seperti gmail (punya google) caranya daftar di www.google.com daftar sebagai aklun baru.
2. Jika anda telah daftar masuklah di www.blogger.com llanda akan masuk di control panel Blogspot

Cara dapat duit di Paid to Promote

Google Adsense perlu waktu minimal sebulan setelah earning kita mencapai $100 dalam bulan tertentu maka pembayaran akan dikirimkan bulan berikutnya, itupun kalau tidak terkena banned he..he... contoh lain infolinks.com perlu waktu 45 hari untuk melakukan pembayaran kalau saldo earning kita sudah mencapai $50, dulu malah $100, begitu pula chitika.com setelah saldo kita mencapai 10 dollar di bulan tertentu, earning kita akan di bayarkan 30 hari sesudahnya. Sedangkan Paid to promote sangat berbeda earning yang kita kumpulkan selama 15 hari terakhir akan di bayarkan pada hari ini, tanpa ada tenggang waktu, asalkan sudah mencapai batas pembayaran, minimum earning untuk payment adalah $5 sangat kecil jika di bandingkan yang lain dan pembayaran dikirimkan ke rekening paypal kita. So temen-teman jika ingin bergabung di paid to promote tidak usah ragu-ragu, karena hanya dengan pasang banner kecil yang tidak menghabiskan space blog kita bisa mendapatkan gajian rutin sebulan 2 kali. Silahkan daftar dengan klikbanner berikut ini. Get Paid To Promote, Get Paid To Popup, Get Paid Display Banner

Jumat, 26 Juli 2013

Orietalis Yahudi,Tapi menguasai Ilmu Islam


Penulis Pasal Piagam Madinah, Seorang Orientalis Yahudi Pembenci Islam

Pernahkah anda melihat sebuah tulisan buku dari Dr. AJ Wensinck yang menulis mengenai Piagam Madinah? Apakah benar Piagam Madinah mempunyai pasal-pasal sebagaimana tulisan dari Dr. AJ Wensinck? Pasal-pasal piagam Madinah yang ia tulis biasa kita temukan dengan sejumlah 47 pasal yang ditulisnya. Dan itu bisa temui dibeberapa situs internet atau beberapa buku-buku pembelajaran Islam.
Siapakah Dr. AJ Wensinck dia adalah salah satu orientalis yahudi berkebangsaan Belanda. Ia murid dari orientalis Belanda yang memang ditugaskan untuk mencari tahu mengenai Islam, yaitu Snouck Hurgronje atau nama samarannya adalah Abdul Ghafar. Nama samaran itu sebagaimana nama Hijrahnya ia yang mencoba untuk mengaku sebagai Muallaf dihadapan ulama dan umat Islam di Makkah. Padahal itu taktiknya untuk memperoleh lebih banyak pengetahuan penting mengenai Saudi dan Islam yang nantinya dijadikan sebuah strategi untuk menghancurkan Islam.
Snouck Hurgronje alias Abdul Ghafar pernah menetap di Mekkah selama 6 bulan. Hingga akhirnya ia dipaksa untuk keluar dari Mekkah oleh Prancis, karena takut hubungan Perancis dengan kerajaan Arab retak atas tingkah laku spionase dari antek Yahudi Belanda ini, Snouck Hurgrnise alias Abdul Ghafar.
Walaupun ia tidak pernah pergi haji, tetapi Snouck Hurgrnise menulis mengenai haji dengan beberapa manuskrip dan beberapa literatur haji.
Snouck Hurgrnise sebelum meninggal pernah ditugaskan mengajar oleh Belanda di Indonesia.
Walaupun ia bukan beragama Islam, ia mengajar Syariat islam di Universitas Leiden.
Masa penugasannya adalah tahun 1889 di pulau Jawa, hingga ia menjadi penasihat khusus oleh Belanda dengan masalah-masalah spionase dan cara membuat strategi militer untuk memecah umat Islam di Indonesia.
Pada tahun 1891 ia ditugaskan di Aceh, dan menjadi penerjemah bahasa Arab, juga tetap mengajarkan Syariat Islam bagi pemerintah kolonial Belanda dan beberapa penduduk pribumi. Hingga akhirnya ia menulis sebuah buku dengan judul "De Acehers".
Dari tinggal lama di Aceh, Snouck Hurgrnise. Akhirnya menguasai berbagai bahasa, dari sedikit bahasa Jawa, Melayu, dan tentunya bahasa Arab yang sudah pernah dikuasainya.
Setelah gurunya meninggal, De Goeje. Pada tahun 1906. Snouck Hurgrnise ditugaskan untuk kembali di Universitas Leiden. Guna mengajarkan Islam, diantaranya mulai Syariat Islam, fiqh, sejarah, dsb.
Sebelum meninggal pada tahun, 26 Juni 1936. Murid Snouck Hurgrnise, yaitu Dr. AJ Wensinck. Telah mengumpulkan berbagai literatur dan karya-karya dari gurunya, terutama masalah Ke-Islaman.
Selanjutnya, Belanda akhirnya menugaskan Dr. AJ Wensinck untuk membuat buku-buku panduan mengenai Islam. Hal ini juga merupakan sebuah politik Belanda untuk menugaskan para orientalis dalam menulis-menulis buku-buku Islam di Indonesia supaya umat Islam Indonesia menjadikan buku-buku Islam karya orientalis Belanda tersebut bisa dijadikan rujukan.
Padahal tujuan utama dari Snouck Hurgrnise adalah untuk membebaskan rakyat Indonesia dari Islam. Jadi tujuan utama Snouck Hurgrnise  memang untuk melakukan infiltrasi kedalam ajaran Islam, sehingga orang Islam sendiri tidak benar-benar tidak memahami ajaran Islam secara utuh, dikarenakan mengambil berbagai referensi dari Snouck Hurgrnise  dan para muridnya, termasuk Dr. Aj Wensick. Bahkan Snouck Hurgrnise sendiri pernah mengaku tidak percaya dengan Tuhan pada seorang temannya padahal ia sudah lama menganut Islam. Ini dituliskan kepada Seorang Pastur, Herman Parfink. Snouck Hurgrnise mengatakan "Apakah anda percaya terhadap Tuhan? Karena saya sendiri ragu segala sesuatu diatur oleh Tuhan."
Lalu Siapa Wensink sang Penulis Pasal Piagam Madinah?
Namanya adalah Wensick Arent Jan, ia lahir pada tahun 1882 dan meninggal pada tahun 1939. Ia seorang anak dari Menteri Belanda bernama Johan Herman Wensinck dan ibunya bernama Sarah Gertrude Vermeer, kedua orang tuanya ini merupakan keturunan Yahudi.
Seorang peneliti sejarah, Dr. Veld mengatakan bahwa Wensick merupakan seorang orientalis sejati, ia lebih piawai memainkan spionase daripada gurunya, Snouck Hurgrnise. Ia bahkan menjadi rujukan utama umat Islam dan orientalis mengenai literatur dalam karya-karyanya. Dan Wensick tentunya lebih berbahaya dari gurunya dalam melakukan infiltrasi ajaran orientalisnya kedalam pendidikan Islam pada bidang akademik.
Secara bahasa, Dr. Veld. Mengatakan bahwa Wensick memang telah mendapatkan dogtrin yang kuat dari gurunya, Snouck Hurgrnise. Untuk menghancurkan Islam melalui berbagai ilmu orientalisnya dari dalam tubuh umat Islam sendiri dengan memberikan buku panduan Islamnya.
Sebagai seorang Yahudi, Wensinck. Walaupun seorang

Belanda sangat piawai dalam berbahasa Ibrani, ia juga mampu berbahasa daerah Syria dan bahasa Arab.
Tesisnya yang berjudul "Mohammad en de Yoden le Medina" (Muhammad dan orang Yahudi di Madinah). Ini merupakan tesis yang diperoleh dari karya Snouck Hurgronje. Ini juga dijadikan sebagai tesis rujukan mengenai Islam dan sangat terkenal di Universitas Leiden. Ia lulus dengan predikat Cumlaude pada tanggal 18 Maret 1908.
Pada tahun 1912 Wensick kemudian diangkat menjadi guru besar bahasa Ibrani di Leiden, ia merupakan seorang yang sangat mencintai Yahudi. Bahkan ia mengatakan mengenai pentingnya Yahudi untuk menguasai Arab.
Sebagai guru besar bahasa Ibrani yang mencintai Yahudi, Wensick sangat terbatas dalam memperluas ajaran ke-Yahudi-annya. Tetapi ia terus menyiarkan mengenai ajaran-ajaran Yahudi. Pada tahun 1917, ia secara khusus benar-benar mempelajari agama Kristen dan Islam dengan benar-benar memfokuskannya. Yang sebelumnya ia hanya tahu dari literatur gurunya Snouck Hurgronje.
Secara fokus, Wensick mempelajari Islam dari Tasawuf terlebih dahulu, sebagaimana ia mempelajari dari literatur guru Tasawuf dunia, Imam Ghazali.
Setelah ia mempelajari Islam, pada tahun 1927, Wensinck diangkat juga menjadi guru besar bahasa Arab, bahasa Syira dan guru besar agama Islam di Universitas Leiden.
Wensinck benar-benar menjadi sangat tenar, bahkan di dunia Arab. Strateginya untuk membuat tenar dirinya hingga bisa mampu membuat beberapa orang Arab terpukau dengan pengetahuan Islamnya, benar-benar berhasil. Cara ini akhirnya digunakan oleh Wensinck untuk membuat berbagai infiltrasi ilmu Islam dengan Orientalis Yahudinya, bahkan tak jarang ia memutar-balikkan ajaran Islam dengan sekehendaknya ketika menjadi beberapa penceramah mengenai Islam.
Hingga pada beberapa tahun ia terlibat pada proyek sebuah penerbitan Enzyklopedia Islam, dimulai tahun 1913 hingga selesai 1938. Enzyklopedia Islam ini muncul dalam berbagai bahasa, seperti Perancis, Inggris dan Arab.
Ia memberikan berbagai gambaran mengenai Islam dengan tradisinya, bukan dengan syariat-syariatnya. Ia menggambarkan Islam dengan ilmu orientalis yahudinya, hingga orang Islam benar-benar tidak sadar bahwa umat Islam dijauhkan dalam memahami ajaran Islam yang sebenarnya.
Pada sekitar tahun 1933 ia pernah mengaku tertarik dengan Islam hingga akhirnya ia bersyahadat, dan ia diakui sebagai muallaf.
Cara strategi inilah yang sama digunakan gurunya, Snouck Hurgronje. Hingga ia mampu melakukan berbagai caramah agama Islamnya yang dibumbu-bumbui dengan bermacam ajaran yang lainnya yang tidak ada hubungannya dengan Islam, bahkan malah bertentangan dengan Islam. Ia juga beberapa kali mengkaburkan ajaran Islam yang sebenarnya. Hingga akhirnya ia terpergok berada pada sebuah gereja di Belanda dan mengaku sebagai seorang kristen. Hingga akhirnya ia menulis sebuah literatur mengenai Gereja dan Kristus yang diterbitkan di Belanda.
Wensinck telah berhasil dalam membuat berbagai upaya mengkaburkan ajaran Islam. Bahkan tesisnya yang berjudul "Mohammad en de Yoden le Medina" (Muhammad dan orang Yahudi di Madinah). Dijadikan poin rujukan bagi beberapa ulama dan umat Islam. Terutama pada sebuah pasal-pasal Piagam Madinah, yang hingga kini dijadikan sebagai rujukan pembelajaran dibeberapa sekolah di Indonesia.
Wensinck boleh saja meninggal, tetapi karya dan tujuannya akhirnya tercapai. Yaitu, membuat orang Islam semakin tidak mengenal dengan Islam.
NB:
Adapun tulisan Wensinck yang menulis mengenai Piagam Madinah yang ia kutip dari Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam dalam 47 poin, tidak dibenarkan ia membuat pemahan sendiri dengan membuat pembagian-pembagiannya. Contoh:
Wensinck menuliskan:
Pasal 3
  1. Banu 'Awf (dari Yathrib) tetap mempunyai hak asli mereka, tanggung menanggung uang tebusan darah (diyat).
  2. Dan setiap keluarga dari mereka membayar bersama akan uang tebusan dengan baik dan adil di antara orang-orang beriman.
Padahal seharusnya, ia tetap menuliskan sebagai berikut:
3. “Banu ‘Awf, sesuai keadaan mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.”
Ini sebagaimana yang ditulis oleh Sirah Ibnu Hisyam yang diambil dari Sirah Ibnu Ishaq. Pembagian 1-2 membuat pengertian bahwa ada dua perkataan dalam dua paragraft di point tersebut. Padahal, seharusnya tetap satu perkataan dalam satu paragraft pada poin tersebut.
Tidak diperbolehkan sebuah Sirah Nabawiyah ditambah atau dikurangi, karena itu adalah sejarah Rasulullah Saw yang mestinya benar-benar diungkap secara orisinil. Jika sudah ada penambahan atau pengurangan, maka ia sudah tidak tsiqoh (terpercaya).
Kita tidak mengkritisi Sirah Ibnu Hisyam yang memuat 47 poin dalam Perjanjian Madinah, tetapi kita perlu waspada terhadap cara Wensinck menuliskan beberapa point yang ia ambil pada Sirah Ibnu Hisyam dengan menggunakan caranya sendiri ia menambah-nambahkan beberapa poin yang tidak pernah ada.
 Sumber :http://www.suaranews.com/2013/03/penulis-pasal-piagam-madinah-seorang.html
Oleh: Abu Jaisy